Kita sebagai orangtua sering mendapati ada seorang anak yang
senang sekali meminjam barang temannya untuk diakui sebagai barang
miliknya, meski barang seperti itu sudah ia miliki di rumahnya. Sering
kali anak juga tidak pernah bisa mengatakan "tidak" untuk barang yang
baru ia miliki, baru ia sentuh, dan kemudian dipinjam oleh temannya
dalam jangka waktu lama.
Proses pinjam-meminjam barang ini adalah proses pembelajaran yang
bukan saja mengenai pemahaman yang harus dikenal oleh seorang anak. Tapi
juga proses bagaimana orangtua mengajarkan sebuah nilai penting kepada
anaknya, seperti bagaimana menghargai diri orang lain, menghargai diri
sendiri, serta melihat nilai sebuah beda.
Masa usia 1-5 tahun adalah masa paling efektif untuk seorang anak
merasa egois. Tapi pada masa itu juga masa efektif orangtua untuk
mengenalkan nilai-nilai luhur lewat teladan sehingga anak paham tanpa
merasa digurui.
Bagaimana pinjam-meminjam barang bisa menjadi suatu pembelajaran
karakter dan kehidupan yang efektif untuk anak? Berikut beberapa hal
yang bisa kita coba lakukan sebagai orangtua…
1. Jangan dipaksa
Ketika buah hati baru saja kita belikan sepeda yang sudah lama
diimpikannya, lalu ia baru saja bermain lima menit dengan sepeda itu,
tiba-tiba ada teman yang datang untuk meminjam sepeda itu, apa reaksi
kita sebagai orangtua?
Kalau kita meminta buah hati kita meminjamkan sepeda itu, artinya
kita belum mengajarinya meminjamkan barang dengan benar. Sepeda itu
sepeda yang sudah lama diinginkan buah hati kita. Ia menanti kita
membelikannya dalam tempo waktu yang cukup lama. Ia belajar menahan
diri, mungkin untuk berbuat baik sesuai permintaan kita agar sepeda itu
didapatkan. Jadi ketika sepeda itu ia mainkan lalu ada teman yang
meminjam, wajar jika ia tidak ingin meminjamkan.
Dalam kondisi semacam ini, sebagai orangtua kita tidak boleh memaksa.
Biarkan ia puas dengan sepedanya satu atau dua hari. Lalu setelah puas,
ajak ia bicara dari hati ke hati tentang temannya yang memang tidak
punya sepeda, yang kemudian ingin meminjamnya. Katakan bahwa sekali dua
kali putaran mungkin akan memuaskan temannya. Sehingga, sepeda itu akan
jadi barang yang bermanfaat untuk buah hati kita atau temannya.
Bila belum berminat juga meminjamkan pada temannya, kita sebagai
orangtua harus bisa membuat alternatif seperti memasangkan boncengan
sepeda di sepeda buah hati kita. Sehingga, buah hati kita dan temannya
bisa saling bermain bersama sebagai pengemudi dan pembonceng.
Cara ini efektif untuk mengajarkan rasa berbagi tanpa merasa
kehilangan. Sehingga, lama-kelamaan anak merasa percaya bahwa temannya
memang bisa diajak untuk menjaga sepedanya.
2. Barang yang mana?
Ketika proses pinjam-meminjam tidak diajarkan sejak dini, maka ke
depannya akan sulit untuk mengajarkan akan hal ini. Proses
pinjam-meminjam bukan sekadar permainan sederhana atau sepele. Ini akan
melebar menjadi sebuah prinsip dan pemahaman untuk anak. Anak tidak
boleh meminjamkan sesuatu dengan terpaksa. Sehingga ketika mereka besar
kelak, mereka akan tahu kenapa mereka harus meminjamkan barang yang
mereka miliki.
Anak boleh meminjamkan barang yang mereka miliki tapi bukan barang
yang bukan miliknya. Misal, mereka boleh meminjamkan mainan mereka untuk
teman-temannya dengan batas waktu yang mereka tentukan. Atau mengajak
teman-teman mereka bermain bersama. Tapi jangan pinjamkan barang yang
bukan milik mereka. Seperti pajangan di rumah milik orangtua mereka,
mereka harus berkata tidak pada teman yang ingin meminjamnya dengan
alasan itu barang milik orangtua mereka. Ketika metode ini diajarkan
pada anak-anak, itu artinya kita mengajarkan mereka juga hal lain
seperti sikap tegas.
3. Jangan meminjam
Setelah sering dipinjam barangnya oleh
teman yang lain, mungkin anak kita akan jadi terpengaruh, lalu merasa
bahwa tentu saja ia boleh melakukan seperti yang sebagian besar
teman-temannya lakukan padanya.
Bisa jadi kita menemukan barang milik temannya di rumah. Jika itu
terjadi, ajak anak bicara, dan tanyakan kenapa ia meminjam barang milik
temannya itu? Kalau ia bilang karena suka, biarkan ia menikmati
kesukaannya itu. Lalu beri tenggat waktu satu hari. Lebih dari itu,
barang di rumah akan terasa sebagai barang milik sendiri, sehingga
akhirnya anak kehilangan tanggung jawab untuk mengembalikannya.
Ingatkan terus agar ia mengembalikan barang itu sehingga anak merasa
tidak nyaman dengan barang milik orang lain yang ada di rumah. Dengan
cara itu, kita juga mengajarinya bertanggung jawab untuk mengembalikan
barang yang bukan miliknya.
4 Menyeleksi teman
Pelajaran dalam proses meminjam ini adalah anak-anak jadi belajar
“memilih” mana teman yang cocok untuk mereka. Ketika kita terus
mendampingi dengan berusaha menjadi teladan dan memasukkan prinsip yang
baik untuk mereka, mereka jadi akan paham bagaimana menyeleksi teman
mereka.
Teman yang suka merebut mainan mereka pasti lama kelamaan mereka
tidak suka. Bahkan anak usia rentang dua tahun sudah membuat proteksi
tentang hal ini. Teman yang suka meminjam mainan mereka dengan baik,
akan lebih mereka sukai. Dan ke depannya tentu saja kita berharap segala
prinsip dan teladan yang kita tanam untuk anak kita, akan berbuah
manis. Mereka tahu bagaimana menempatkan diri dalam pergaulan dan
memilih teman yang baik untuk mereka.
Semoga bermanfaat. Salam sukses Luar Biasa!


0 comments