Saya yakin, setiap 
orang pasti pernah mengalami kegagalan, kesulitan, dan berbagai macam 
halangan dalam proses kehidupannya. Tak jarang, kita kemudian merasakan 
penyesalan teramat dalam.
Dalam bahasa Jawa, ada istilah gelo yang arti harfiahnya "sesal". Gelo
 ini bisa terjadi karena berbagai macam hal dan kondisi. Karena tidak 
bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, karena tidak mendapatkan 
sesuatu seperti yang diharapkan, karena belum bisa naik jabatan, karena 
bisnis merugi, karena cinta ditolak, karena pendapat tidak disetujui, 
dan berbagai hal lain. Dan, semua itu bisa disebabkan oleh karena 
situasi atau keadaan di luar diri, tapi tak jarang pula akibat perbuatan
 diri sendiri.
Memang, menyesal boleh saja. Namun ingat, seperti pepatah, 
"penyesalan selalu datang terlambat". Karena itu, sudah pasti 
kejadiannya pun sudah berlalu. Jika kita tenggelam dalam penyesalan itu,
 niscaya diri hanya akan terkungkung pada rasa bersalah tiada akhir. 
Maka, harus disadari, penyesalan berlebihan sebenarnya hanya akan 
menambah beban. Pikiran jadi tak tenang karena beban rasa dosa akibat 
perbuatan yang telah lalu. Kerja pun jadi kurang fokus karena beban 
kesalahan yang telah terjadi. Parahnya lagi, dengan penyesalan yang 
berlebih, kita jadi takut untuk bertindak, kurang nyaman berkarya, 
sehingga ujungnya, produktivitas menurun.
Untuk itu, mari jadikan sesal sekadar sebagai pengingat,
 bahwa kita pernah melakukan kesalahan. Dengan begitu, kita akan lebih 
waspada, lebih teliti, lebih bisa menata diri untuk tidak terjerumus 
pada lubang yang sama. Kita jadikan rasa sesal sebagai koreksi dan 
evaluasi berbagai tindakan, ucapan, dan sikap yang mungkin pernah 
menghasilkan kekecewaan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Ingat: setiap orang pasti tak lepas dari kesalahan, kegagalan,
 dan ketidakberhasilan. Seperti pepatah, “Tiada gading yang tak retak.” 
Namun, justru itulah yang membuat gading memiliki keunikan dan kelebihan
 sehingga bernilai mahal. Karena itu, tak perlu gelo 
berlebihan. Sebab, sejatinya gagal dan hal-hal kurang menyenangkan akan 
selalu terjadi. Semua itu adalah hal yang biasa. Dan pastinya, yang kita
 alami, pasti ada hikmahnya.
Maka, saat gagal, jangan terpaku pada penyesalan. Kalau memang 
kegagalan itu bisa diubah, segeralah lakukan tindakan koreksi. Namun, 
kalau memang sama sekali tak bisa diubah, berarti ada jalan lain yang 
sedang “ditunjukkan” kepada kita untuk meraih sukses dengan jalur yang 
berbeda. Seperti kisah Abraham Lincoln yang beberapa kali gagal dalam 
berbisnis. Ia kemudian gagal juga menjadi senat serta jadi anggota 
parlemen. Namun, ia mampu mengoreksi diri dan menjadikan kegagalan itu 
sebagai”modal” untuk bersaing di pemilihan presiden hingga akhirnya jadi
 salah satu presiden paling berpengaruh di Amerika Serikat.
Marilah, tidak perlu menyesal berlebihan. Dan, jangan pula sombong 
saat sukses di tangan. Jadikan sesal sebagai modal belajar lebih giat 
dan bekerja lebih tekun. Sehingga, kita bisa selalu berada dalam kondisi
 terbaik untuk mampu terus berjuang menggapai impian.
Salam sukses luar biasa!
 

 

0 comments