Hari pertama di rumah ia ingin menulis catatannya. Namun ia tak punya
alat tulis. "Kalian mungkin akan tertawa. Mana mungkin benda murah
seperti ballpoint atau pena, bisa membuat seseorang kesulitan
untuk membelinya," katanya dalam buku hariannya setelah ia memiliki
pena. Dan urusan ini tidak sederhana. Ia harus mengumpulkan uang saku
selama dua minggu. Itu pun masih harus ditebus dengan sedikit "puasa"
agar uang yang seharusnya ia belikan roti yang layak untuk dimakan bisa
disimpan. Ia hanya makan sekadarnya.
Alat tulis itu bagi Ma Yan adalah segalanya. "Pena tua ini memberiku
kekuatan. Ia membuatku memahami apa arti kesulitan hidup atau
kebahagiaan hidup. Setiap kali aku melihatnya, seolah-olah aku sedang
melihat ibuku. Ia selalu mendorongku untuk selalu bekerja keras,"
katanya. Dengan pena itu ia menulis catatan hariannya dari hari ke hari.
Suatu hari (tahun 2000), seorang wartawan Perancis, Pierre Haski,
datang ke desanya untuk membuat film dokumentasi mengenai penduduk
Muslim China yang tinggal di sana. Suatu kali ibu Ma Yan menemuinya dan
memberi tahu kalau ia memiliki anak yang karena kesulitan ekonomi sampai
tak bisa melanjutkan sekolah. Menurut ibunya, Ma Yan begitu ingin
sekolah dan ingin mengangkat nasib keluarganya yang ia tulis di buku
hariannya. Buku harian itu ia berikan ke Haski.
Haski terkejut setelah seorang teman menerjemahkannya. Karena
indahnya ia kemudian menuliskan kisahnya dalam artikel di suatu koran di
Perancis. Sambutan terhadap tulisan itu luar biasa. Haski kemudian
menerbitkannya dalam bentuk buku. Buku Harian Ma Yan itu laku keras. Selain itu banyak orang yang ingin membantu Ma Yan. Lalu terbentuk yayasan Association for the Children of Ningxia.
Tahun 2002, dana yang terkumpul dari simpatisan di yayasan itu
dikirim ke Ma Yan agar ia bisa melanjutkan sekolah. Dana itu juga cukup
untuk mendorong 250 anak-anak lain di desanya untuk melanjutkan sekolah.
Sejak itu Buku Harian Ma Yan diterjemahkan kedalam 17 bahasa asing dan menjadi pembicaraan dunia.
Tahun 2007, Ma Yan lulus SMA. Ia kemudian lolos seleksi ke suatu
universitas di Perancis. "Saya ingin jadi wartawan, seperti paman Haski
(Pierre Haski) agar saya bisa membantu orang lain terangkat dari
kemiskinan," katanya mengenai cita-citanya.
Kini berkat Buku Harian Ma Yan, anak-anak di daerahnya sudah
banyak yang bisa sekolah. Menurut yayasan Children of Ningxia, pihaknya
sudah membantu 2.500-an anak di Ningxia agar bisa melanjutkan sekolah.
Sebanyak 150 mendapat beasiswa dan 14 di antaranya sudah lulus perguruan
tinggi sejak 2009. Sungguh luar biasa pengaruh buku harian tersebut!
0 comments