Sabtu, 30 Desember 2017

Buku Harian yang Mengguncang Dunia

Hari pertama di rumah ia ingin menulis catatannya. Namun ia tak punya alat tulis. "Kalian mungkin akan tertawa. Mana mungkin benda murah seperti ballpoint atau pena, bisa membuat seseorang kesulitan untuk membelinya," katanya dalam buku hariannya setelah ia memiliki pena. Dan urusan ini tidak sederhana. Ia harus mengumpulkan uang saku selama dua minggu. Itu pun masih harus ditebus dengan sedikit "puasa" agar uang yang seharusnya ia belikan roti yang layak untuk dimakan bisa disimpan. Ia hanya makan sekadarnya.

Alat tulis itu bagi Ma Yan adalah segalanya. "Pena tua ini memberiku kekuatan. Ia membuatku memahami apa arti kesulitan hidup atau kebahagiaan hidup. Setiap kali aku melihatnya, seolah-olah aku sedang melihat ibuku. Ia selalu mendorongku untuk selalu bekerja keras," katanya. Dengan pena itu ia menulis catatan hariannya dari hari ke hari.

Suatu hari (tahun 2000), seorang wartawan Perancis, Pierre Haski, datang ke desanya untuk membuat film dokumentasi mengenai penduduk Muslim China yang tinggal di sana. Suatu kali ibu Ma Yan menemuinya dan memberi tahu kalau ia memiliki anak yang karena kesulitan ekonomi sampai tak bisa melanjutkan sekolah. Menurut ibunya, Ma Yan begitu ingin sekolah dan ingin mengangkat nasib keluarganya yang ia tulis di buku hariannya. Buku harian itu ia berikan ke Haski.

Haski terkejut setelah seorang teman menerjemahkannya. Karena indahnya ia kemudian menuliskan kisahnya dalam artikel di suatu koran di Perancis. Sambutan terhadap tulisan itu luar biasa. Haski kemudian menerbitkannya dalam bentuk buku. Buku Harian Ma Yan itu laku keras. Selain itu banyak orang yang ingin membantu Ma Yan. Lalu terbentuk yayasan Association for the Children of Ningxia.
Tahun 2002, dana yang terkumpul dari simpatisan di yayasan itu dikirim ke Ma Yan agar ia bisa melanjutkan sekolah. Dana itu juga cukup untuk mendorong 250 anak-anak lain di desanya untuk melanjutkan sekolah. Sejak itu Buku Harian Ma Yan diterjemahkan kedalam 17 bahasa asing dan menjadi pembicaraan dunia.

Tahun 2007, Ma Yan lulus SMA. Ia kemudian lolos seleksi ke suatu universitas di Perancis. "Saya ingin jadi wartawan, seperti paman Haski (Pierre Haski) agar saya bisa membantu orang lain terangkat dari kemiskinan," katanya mengenai cita-citanya.

Kini berkat Buku Harian Ma Yan, anak-anak di daerahnya sudah banyak yang bisa sekolah. Menurut yayasan Children of Ningxia, pihaknya sudah membantu 2.500-an anak di Ningxia agar bisa melanjutkan sekolah. Sebanyak 150 mendapat beasiswa dan 14 di antaranya sudah lulus perguruan tinggi sejak 2009. Sungguh luar biasa pengaruh buku harian tersebut!

Load disqus comments

0 comments