Ini adalah sepenggal kisah luar biasa dari seorang supir taksi di sebuah kota besar bersama seorang penumpangnya.
Saya tiba di alamat yang dituju dan membunyikan klakson. Setelah
menunggu sebentar, saya kembali mengklakson. Karena ini adalah penumpang
terakhir dalam jam kerja, saya terpikir untuk pergi begitu saja,
meninggalkannya. Tapi entah kenapa, saya malah memarkir mobil dekat
pintu, kemudian mengetuk.
”Tunggu sebentar,” terdengar suara lemah dari dalam rumah. Saya bisa mendengar sesuatu sedang ditarik sepanjang lantai.
Setelah beberapa lama tidak ada tanda apa pun, akhirnya pintu
terbuka. Tampak seorang perempuan tua. Di sisinya ada sebuah koper
kecil. Saya melihat sedikit ke dalam, mencari anggota keluarga yang akan
menemani si nenek. Namun tidak ada seorang pun dan rumah itu tampaknya
akan ditinggalkan. Semua perabotnya tertutup kain. Tidak terlihat jam
dinding yang menggantung, juga tidak ada barang pajangan di atas meja
pajangan. Di pojokan tampak sebuah kardus besar berisi foto-foto dan
barang pecah belah.
”Bisa tolong bantu bawakan koper saya ke dalam mobil?” tanyanya.
Saya pun mengangkat koper itu ke dalam taksi, lalu kembali untuk
membantunya berjalan. Perempuan tua itu menerima uluran tangan saya dan
kami berjalan perlahan menuju mobil. Dia tak henti-hentinya berterima
kasih atas kebaikan saya. ”Tidak apa-apa,” jawab saya. ”Saya hanya
berusaha memperlakukan penumpang saya dengan baik, seperti dengan ibu
saya.”
“Oh, Anda memang orang yang baik,” katanya. Ketika kami sudah berada
di dalam taksi, si nenek memberikan saya sebuah alamat dan lalu
bertanya, ”Bisakah kita lewat pusat kota?”
”Tapi, itu bukan jalur terdekat,” jawab saya, mencoba mengingatkan.
”Oh, tidak apa-apa, kok,” katanya. ”Saya sedang tidak terburu-buru. Saya akan menuju ke panti perawatan terakhir..."
Saya melirik ke belakang lewat kaca spion. Mata Ibu itu berkaca-kaca.
“Saya tak punya keluarga lagi,” katanya dengan suara pelan. “Dokter
bilang, waktu saya tidak lama lagi.”
Saya langsung mematikan argo. “Mau lewat rute yang mana?” tanya saya.
Dua jam berikutnya, kami menyusuri jalanan di pusat kota. Dia
menunjukkan bangunan tempatnya dulu bekerja sebagai penerima tamu. Lalu,
kami melewati perumahan yang pernah ditinggali si nenek dan suaminya,
ketika masih pengantin baru. Dia meminta saya meminggirkan taksi di
depan sebuah gudang, yang dulu menjadi gedung perjamuan dengan ruangan
untuk berdansa, sewaktu ia masih muda.
Ketika matahari mulai terlihat bergerak semakin ke barat, si nenek
tiba-tiba berkata, “Saya lelah. Ayo, kita pergi sekarang.” Kami pun
berkendara dalam diam menuju alamat yang diberikannya.
Dua petugas bergegas keluar menghampiri taksi, begitu saya
memarkirkan mobil di tempat tujuan. Mereka terlihat sangat perhatian,
mengawasi setiap gerakan si nenek. Saya membuka pintu bagasi dan
membawakan koper kecilnya ke depan pintu. Nenek itu sudah duduk di kursi
roda. ”Berapa ongkosnya?” tanyanya pada saya.
“Tidak usah,” jawab saya.
“Tapi kamu kan perlu cari nafkah,” katanya lagi.
“Masih ada penumpang yang lain nanti,” balas saya. Setelah itu, saya
membungkuk dan memeluknya. Si nenek balas memeluk saya dengan erat.
“Kamu sudah memberi sedikit kebahagiaan pada perempuan tua ini,”
katanya. ”Terima kasih, ya.”
Saya menggenggam tangannya, kemudian berjalan menuju taksi. Di
belakang saya, sebuah pintu tertutup rapat. Seolah-olah, suara
tertutupnya sebuah kehidupan. Setelah itu, selama sisa hari, saya hanya
terdiam membisu. Bagaimana seandainya si nenek mendapat seorang supir
taksi yang pemarah, atau yang tidak sabaran untuk mengakhiri jam
kerjanya? Bagaimana jika saya menolak permintaannya untuk lewat jalan
memutar, atau hanya sekali mengklakson lalu pergi begitu saja? Semua
kejadian itu membuat saya merenung bahwa selama hidup saya belum pernah
melakukan sesuatu yang lebih penting dari ini.
Sahabat luar biasa,
Kita sering kali dikondisikan untuk berpikir bahwa kehidupan kita
berputar di seputar momen-momen penting dan besar. Tapi kadang
momen-momen penting itu membuat kita kurang memperhatikan hal-hal lain
yang terjadi.
Mari kita mulai meluangkan waktu sejenak untuk lebih memperhatikan
serta menikmati apa yang menghampiri hidup kita, karena mungkin saja..
hal-hal itu menjadi kejadian terindah dalam hidup kita.
Salam hangat luar biasa!


0 comments