Bicara memang
mudah, tetapi jika kita harus bersabar ketika melihat kelakuan anak-anak
kita pada zaman sekarang. Tidaklah mudah kita harus berempati dengan
anak kita, ketika kita justru ingin agar mereka dapat bekerja sama
dengan kita. Rasanya sukar sekali. Rasanya lebih mudah memarahi anak
kita dan membuatnya mengerti mengapa kita marah, ketimbang kita harus
memendam amarah kita serta menata emosi kita agar tidak lepas kendali
pada saat berkomunikasi dengan anak. Hal seperti ini terkadang sangat
menguras emosi kita.
Berkomunikasi dengan anak-anak generasi millenial memang sangat
menantang, krena mereka adalah generasi yang dilahirkan dalam era dunia
digital dan social media. Dampak perilaku sosialnya lebih
banyak dipengaruhi oleh pergaulan mereka di dunia maya, daripada yang
kita pikirkan atau asumsikan. Percayalah….!
Oleh karenanya, orang-orang yang mengerti dunia digital seperti misalnya Bill Gates, mengerti benar pengaruh-pengaruh buruk dari dunia digital ini. Jadi, ia tidak mengizinkan anaknya mempunyai handphone
hingga usia 14 tahun. Begitu juga Mark Zuckerberg sang penemu Facebook.
Ia sudah lebih dahulu dari Bill Gates menahan putrinya untuk tidak
boleh bergabung dengan social media manapun hingga berusia 13 tahun. Karena mereka tahu bagaimana dampak social media atau dunia digital ini bagi perkembangan kejiwaan putra-putri mereka kelak.
Dan kalo kita mau jujur, hal Ini adalah kesalahan yang banyak sekali dilakukan oleh orangtua di Indonesia.
Pernahkan Anda melihat orangtua di restoran? Agar mereka bisa makan
dengan tenang, maka anaknya diberikan tablet atau smartphone berisi
game. Mengajarkan pada anaknya bahwa duduk makan dan berkomunikasi di
meja makan, sudah tidak penting. Tidak jarang pula anak-anak dibiarkan
nonton video sambil makan. Padahal ini adalah pendidikan buruk yang
dapat membawa anak-anak menjadi obesitas (kegemukan) serta hidup yang
tidak sehat.
Ada satu hal yang lebih berbahaya lagi. Melakukan hal seperti di atas
sesungguhnya adalah mendidik anak tersebut untuk tidak menghormati
serta mengabaikan orangtuanya atau orang-orang disekelilingnya saat
sedang makan. Padahal makan adalah aktivtas terpenting dalam hidup ini.
”A child who is allowed to be disrespectful to his parents will not have true respect for anyone.” (Billy Graham)
Ingatlah selalu bahwa anak-anak kita berkembang. Mereka berkembang
baik dalam hal fisik, psikis, komunikasi dan lain-lainnya. Kita memang
tidak perlu untuk menjadi orang suci atau menjadi orangtua sempurna.
Karena sebagai manusia kita pun harus menyadari bahwa kita penuh dengan
keterbatasan. Namun begitu, kita tidak boleh menyerah begitu saja untuk
tidak menjadi orangtua yang baik bagi kaum milenial ini.
Diperlukan kesabaran yang super ekstra untuk mau mendengarkan anak
milenial pada saat ini. Berkomunikasi dengan mereka yang menganggap kita
“old fashion mindset” atau “kuno”. Komunikasi dengan
menggunakan Bahasa Kasih atau Bahasa Cinta yang mengungkapkan betapa
pentingnya arti mereka (anak-anak kita) dalam kehidupan kita.
Selalu luangkan waktu untuk bisa berkomunikasi dengan mereka dari hati ke hati.
Kata “TIDAK” atau “NO” tidak akan membuat anak kita mati. Jika dengan
cara Kasih Sayang dan Cinta tidak bisa mengubah kebiasaan-kebiasaan
buruk anak kita, maka gunakan jurus terakhir yang disebut “Tough Love”
jika perlu. Menahan gadget mereka 1 minggu, 1 bulan atau bahkan 1 tahun
tidak akan membuat mereka menjadi ketinggalan zaman atau mati. Justru
dengan cara ini, kita menyelematkan mereka untuk bisa berkomunikasi
dengan kita sebagai orang yang mengasihi mereka.
Ingatlah ….
”It is easier to build strong children than to repair broken men.” Frederick Douglass


0 comments