Suatu hari di sebuah rumah sakit, tampak seorang wanita tua.
Ia tiba di rumah sakit dengan tergesa-gesa. Lalu, ia segera mendaftarkan
diri di bagian administrasi rumah sakit sebagai pasien dokter penyakit
dalam.
Tidak lama kemudian, ia membawa kartu pasien dan menghampiri suster
yang berada di depan ruang praktik dokter untuk memberitahu
kedatangannya dan memberikan nomor urut antriannya.
“Suster, sekarang pasien nomer berapa? Giliran saya masih harus menunggu berapa lama untuk ketemu dokter?” tanyanya.
“Tunggu saja, nanti dipanggil sesuai nomor urut,” jawab suster dengan sabar.
Rupanya, wanita itu adalah pasien lama di sana sehingga tanpa banyak
bertanya lagi, ia pun menempati bangku, bersama-sama dengan pasien lain
menunggu giliran dipanggil. Selang beberapa saat, sikapnya terlihat
gelisah. Sebentar kemudian dia melihat ke arah jam dinding, mulai
mondar-mandir seolah tidak sabar menanti. Lalu, ia kembali menghampiri
suster dan bertanya lagi dengan hati-hati, “Masih lama ya, Suster?”
“Ya, tunggu saja,” jawab suster.
Saat giliran nomor antrean wanita itu sudah dekat, tiba-tiba ada
panggilan darurat dari pihak rumah sakit. Rupanya, ada pasien yang
keadaannya gawat dan harus segera ditangani sang dokter. Maka, sambil
bergegas, pak dokter pun pergi meninggalkan ruang praktiknya untuk
menolong pasien yang lebih membutuhkannya saat itu.
Wanita dengan kesal kembali duduk, kemudian berdiri, lalu mulai
berjalan mondar-mandir. Kejadian itu memancing reaksi dua remaja yang
juga sedang menunggu di situ.
“Pasien itu kelihatan gelisah dan tidak sabaran ya. Sudah setua itu,
memangnya dia punya kesibukan apa sih? Kok menunggunya tidak sabar
begitu,” ujar seorang remaja.
Kemudian temannya menimpali, “Iya tuh, sudah tua, mau melakukan apa
sih, kok buru-buru sekali. Waktu kan masih panjang, sekarang saja masih
siang.”
Wanita itu menghampiri mereka dan menyapa ramah, “Anak muda, saya
dengar apa yang kalian bicarakan. Memang, saya kurang sabar menunggu.
Justru karena sudah berumur, saya tidak memiliki banyak waktu lagi untuk
melakukan hal-hal yang belum sempat dilakukan. Dan karena sadar bahwa
sisa waktu yang ada tidaklah banyak, rasanya tidak enak menunggu di sini
terlalu lama, tanpa bisa melakukan apapun.”
“Oh, iya Nek. Maafkan kami,” jawab kedua remaja itu, merasa malu.
“Kami tidak berpikir panjang tentang waktu yang begitu berharga.
Sepantasnya kami yang muda pun harus berpikir tidak boleh menyia-nyiakan
waktu. Terima kasih karena telah mengingatkan kepada kami.”
The Cup of Wisdom
Tidak ada seorang pun yang bisa mengukur umur manusia secara tepat,
termasuk kapan saat lahir dan kapan saat kematian tiba. Jika kita
menyadari nilai waktu (termasuk sisa waktu yang dimiliki) dan mau
memanfaatkan dengan benar sesuai dengan peran kita saat ini, di manapun
kita berada, maka saat itulah kehidupan “senyatanya” baru dimulai.
Waktu adalah kekayaan paling berharga yang dimiliki setiap manusia.
Setiap orang itu punya waktu yang sama: 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
365 hari setahun. Tapi hasil yang didapat setiap orang bisa berbeda.
Salah satu penyebabnya adalah setiap orang punya sikap yang berbeda
atas waktu yang dimilikinya. Ada orang yang sama sekali tidak mampu
memanfaatkan waktu dan justru membunuh waktu dengan melakukan hal-hal
tidak bermanfaat. Namun ada juga orang yang bisa memanfaatkan waktunya
dengan melakukan berbagai kegiatan yang sangat penting dan strategis,
dengan cerdas, cermat, dan cekatan (3C).
Cerdas artinya kita
menggunakan waktu untuk pekerjaan yang bermanfaat, produktif, membangun
diri, terus belajar dan berjuang keras mengejar apa yang kita
cita-citakan. Cermat itu hati-hati, tak buang-buang waktu. Cekatan
berarti kita pandai mengatur waktu, bisa mengatasi halangan rintangan
yang kita hadapi, sekaligus bisa memanfaatkan peluang yang ada di
hadapan kita. Jika kita bisa menggunakan prinsip 3C itu, niscaya hidup kita akan menjadi produktif.
Mari, manfaatkan waktu secara efektif untuk mendapatkan hasil
terbaik. Buang semua kebiasaan-kebiasaan yang tidak bermanfaat dan jauhi
sifat suka memboros-boroskan waktu dalam mengerjakan apa pun. Jika
demikian, niscaya kita tidak akan pernah menyesali masa-masa yang pernah
kita lewati. Hidup kita akan semakin sukses, penuh gairah, dan bahagia.
0 comments