Menyelesaikan
masalah bisa diajarkan sejak dini pada anak-anak kita. Hal tersebut,
bisa menjadi bekal penting kehidupannya kelak. Bagaimana caranya?
Masalah bukan hanya milik
orang dewasa. Masalah juga bisa dihadapi anak-anak kita. Masalah-masalah
kecil yang biasa dihadapi anak-anak, paling banyak terjadi biasanya
karena interaksi dengan teman-temannya.
Mengajak mereka menghindari temannya agar tidak menjadi suatu
masalah, bukan cara yang paling efektif. Sebab sikap seperti itu hanya
akan membuat anak tidak terlatih untuk memecahkan masalah. Padahal kelak
di masa depan, mereka akan menghadapi masalah kecil yang ketika tidak
dicari akar permasalahannya, akan menjadi suatu masalah besar yang bisa
jadi membuat mereka depresi.
Orangtua yang baik adalah orangtua yang memiliki pandangan jauh ke
depan untuk anak-anak. Melatih anak-anak sejak dini untuk memecahkan
masalah, akan menjadi solusi efektif agar kelak anak-anak tumbuh menjadi
pribadi yang bukan sekadar besar raganya, tapi juga besar jiwanya.
Berikut ini 5 cara jitu untuk mengajarkan anak menyelesaikan
masalah. Bisa kita coba, untuk membentuk mentalitasnya sebagai anak yang
cerdas dalam menyelesaikan masalah:
1. Ajarkan Anak untuk Berpikir Logis
Berpikir secara logis adalah berpikir kritis dengan melihat baik dan
buruknya suatu masalah dengan tidak menambah dan menguranginya.
Lalu bagaimana cara kita untuk mengajarkan berpikir logis itu pada
anak-anak? Anak-anak peniru yang ulung, mereka akan melihat bagaimana
cara kita berpikir secara logis. Ketika mereka mengadu bahwa kaki mereka
luka karena ulah temannya, maka setelah itu mereka akan melihat reaksi
kita.
Jika setelah itu kita melarang mereka main dengan teman mereka tanpa
pertanyaan lebih lanjut pada mereka, itu artinya kita tidak mengajarkan
berpikir logis pada mereka. Tapi jika kita berpikir secara logis, maka
kita akan bertanya pada anak detail kejadiannya lalu minta anak
membuktikan. Sehingga mereka paham bahwa ketika bercerita dengan kita,
maka unsur kebenaran sangat penting.
2. Beri Masalah, Lihat Bagaimana Mereka Memecahkannya.
Anak-anak kita tidak akan mengenal masalah bila kita tidak
mengenalkan masalah pada mereka. Cara sederhana untuk membantu mereka
memecahkan masalah adalah ketika mereka sedang bermain. Banyak permainan
yang sebenarnya bisa mereka jadikan pelajaran kalau kita tidak terlalu over protective terhadap mereka.
Ketika mereka bermain dan tersandung sebuah batu, biasanya orangtua
langsung menyingkirkan batu itu. Ada juga yang langsung memeluk anak dan
mengatakan bahwa si batu nakal. Padahal, untuk membuat anak berpikir
logis dari masalah itu adalah dengan mengajaknya berdiskusi setelah
tangisnya reda.
Anak jatuh karena apa? Lalu ketika anak menyalahkan si batu seperti
ia melihat contoh dari teman-temannya ketika terjatuh, kita bisa ajarkan
bahwa batu itu tidak salah ada di situ. Mungkin saja ada orang yang
meletakkannya dan lupa mengembalikan batu itu ke tempat semula.
Ajarkan untuk memindahkan batu ke tempat yang benar dan nasihatkan
bahwa lain kali hati-hati ketika sedang berlari. Dengan begitu anak
belajar mengolah informasi secara logis dengan tidak menyalahkan orang
lain, tapi berusaha meningkatkan kewaspadaan dirinya sendiri.
3. Pancing Dengan Permainan Edukatif.
Banyak permainan anak-anak yang sudah ditinggalkan oleh orangtua
dengan alasan tidak penting. Dengan alasan itu juga, waktu bermain yang
sangat dibutuhkan anak untuk melatih motorik juga strategi untuk
mengambil langkah tepat dan akurat, diganti menjadi jadwal les yang
terlalu padat. Dan diganti dengan interaksi anak-anak dengan game. Padahal, permainan itu mengajarkan banyak hal pada anak-anak termasuk pemecahan masalah.
Dalam permainan galasin (gobak sodor) anak-anak akan belajar
bagaimana caranya menembus pertahanan lawan, dan mengambil celah ketika
lawan lengah. Permainan ini juga mengajarkan koordinasi yang baik antara
teman dalam satu tim sehingga tim mereka bisa memenangkan pertandingan.
Pada permainan kwartet, anak-anak dilatih untuk membaca ekspresi
lawan untuk menebak kartu yang dipegang. Semakin sering mereka
memainkannya, semakin lihai mereka menebak lawan yang mana yang memegang
kartu yang mereka inginkan.
Begitu juga dengan permainan dakon alias congklak. Anak akan belajar
bagaimana memikirkan jalan yang akan ditempuh lawan, lalu mereka juga
akan membuat strategi sendiri sehingga lubang tempat mereka mengumpulkan
batu dakon tidak kosong.
4. Cerita Interaktif
Mendongeng atau bercerita sebelum tidur bisa jadi adalah hal yang
biasa. Anak-anak bisa menangkap pelajaran bijak dan mungkin menangkap
makna yang diceritakan.
Tapi cara yang paling efektif untuk mengajarkan anak memecahkan
masalah adalah dengan melibatkan mereka bercerita secara interaktif.
Bagaimana caranya? Kita bisa memancing mereka dengan satu kalimat saja
dan minta mereka untuk meneruskan.
Misal kita melemparkan kalimat seperti, kalimat ini. “Suatu hari, ada gajah bertemu kucing.”
Minta mereka untuk meneruskan kalimat yang kita rangkai. Cerna
baik-baik kalimat yang mereka lemparkan. Arahkan pada satu titik
persoalan.
Bisa jadi si anak menjawab, “Lalu kucing itu menangis”. Kita bisa
lanjutkan lagi, “Kucing itu menangis karena tidak diajak bermain bola
dengan teman-temannya.”
Anak yang biasa berpikir kritis pasti akan bertanya, apakah kucing
bisa bermain bola? Suara kucing menangis seperti apa? Atau kalau kucing
bermain bola, bagaimana gawangnya dan lain sebagainya. Dari percakapan
tersebut, kita bisa mengarahkan mereka untuk membantu memecahkan masalah
si kucing.
5. Beri Kepercayaan Diri
Sering orangtua tanpa disadari tidak mengajarkan anak-anak berproses
untuk percaya diri. Orangtua menganggap anak-anak itu selalu kecil di
matanya sehingga selalu siap sedia sepenuh hati untuk membantu.
Ketika mereka membuat rumah seperti kapal pecah, orangtua membiarkan
anak-anak pergi berlalu saja tanpa pernah merapikan kembali mainannya.
Atau ketika anak-anak melempar begitu saja tas atau sepatunya, orangtua
siap sedia meletakkan di tempat yang benar. Hal-hal kecil seperti itu
justru yang akan membuat anak selalu merasa bahwa ada orang lain yang
bisa membantu dengan sigap untuk segala urusan mereka. Dampak lebih
jauhnya, mereka tidak akan siap untuk melakukan apa-apa secara mandiri.
Lebih jauh lagi untuk sebuah permasalahan dalam hidup mereka, mereka
juga tidak akan mampu untuk memecahkannya.
Maka sebelum terlambat, berikan yang terbaik untuk buah hati kita.
Termasuk memberikan pelatihan agar kelak mereka paham bagaimana
menyelesaikan sebuah masalah dalam hidup mereka.


0 comments