Kamis, 04 Januari 2018

Jadi Orang Kritis, Mari Hentikan Hoax!

THE HOAX adalah nama sebuah judul film drama yang dibuat tahun 2005. Film itu berkisah tentang kisah hidup Clifford Michael Irving, reporter investigasi yang cukup terkenal di Amerika Serikat. Dia juga menulis beberapa buku. Antara lain biografi Howard Hughes, salah satu orang kaya di Amerika.


Buku itulah yang kemudian diangkat ke layar lebar meski belakangan diketahui, banyak yang ditulis oleh Irving dibukunya, dihilangkan atau diubah. Irving kesal dan menganggap film itu penuh kebohongan. Dia kemudian meminta agar namanya tidak dimunculkan di kredit film. “The Hoax” sejak itu menjadi terkenal.

Seorang wartawan menjuluki mereka yang suka menyebarkan informasi yang tidak jelas sumbernya sebagai the clicking monkeys, tapi celakanya sebagian wartawan juga sering menjadi semacam itu. Mereka menulis dari sumber yang tidak jelas, tidak kredibel, bahkan tak mencantumkan asal-usul sumbernya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita langsung percaya dengan berita atau tulisan yang kita terima begitu saja? Sekalipun itu berasal dari orang yang mempunyai kredibilitas yang tinggi, menurut saya kita tetap harus BERHATI-HATI. Sebab mereka pun barangkali bisa tertipu dengan tulisan-tulisan hoax tersebut. Tidak ada salahnya cek dulu, via Google misalnya.

Untuk saya sendiri, saya punya beberapa kebiasaan yang barangkali bisa menjadi panduan. Saya biasanya tidak akan memforward berita jika:

1. Asal usul berita tidak jelas. Tidak ada referensi misalnya dari koran atau majalah mana. Sekalipun ada, tetap mesti dicek, karena referensi banyak yang referensi bodong alias asal tulis (karena ternyata setelah dicek tidak pernah ada berita seperti itu). Sekalipun ada referensi yang jelas, tetap mesti dilihat “kredibilitas” media tersebut. Sebab sekarang ini banyak situs/website yang berisi berita-berita yang tidak benar.

2. Ada kata-kata “SEBARKAN”. Hampir 99% rasa saya yang mengandung kata ini, biasanya beritanya adalah hoax.

3. Penelitian abal-abal. Semua orang boleh saja memberikan kesaksian bahwa ia meminum ini dan itu lalu menjadi sembuh. Kesaksian seperti ini seringkali menyesatkan. Kalau berbicara penelitian, seharusnya dilakukan oleh orang yang tidak konflik kepentingan (conflict of interest). Evidence based perlu jumlah yang besar dan hasilnya dipublikasi di jurnal yang ternama. Sebab suatu ketika, jika ada seseorang menganjurkan bila kita sakit demam kita harus minum minyak tanah dicampur lemon karena kesaksian seseorang yang sembuh oleh karenanya, apakah percaya begitu saja? Kalau saya, tidak akan…

4. Judul berita provokatif. Misalnya "Singapore Airlines Terbakar!" Padahal itu berita lama yang sudah usang. Atau judul "Penculikan Anak untuk Jual Organ Tubuh", yang ternyata tidak benar. Sebab menurut saya, jika berita seperti ini benar, maka otomatis akan muncul di berita utama di media-media besar seperti Kompas, Media Indonesia, Detik News, dll. Kalau tidak, percayalah bahwa berita ini hampir pasti adalah hoax.

Ada banyak motif orang membuat berita hoax:
1. Senang bila tulisannya bisa menyebar viral di sosial media.
2. Propaganda untuk sebuah kepentingan yang tersembunyi, misalnya jualan atau adanya motif politik atau motif mempengaruhi.
3. Menjatuhkan image produk atau orang tertentu.
4. Dan lain-lain.

Ada beberapa websites untuk cek apakah berita tersebut hoax atau tidak:
1. https://www.turnbackhoax.id/
2. http://hoaxindo.blogspot.co.id/
3. http://www.snopes.com/
4. Dan lain sebagainya.

Mari sadari bahwa meneruskan (forward) berita yang tidak ada faedahnya dan malahan membuat resah adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Menyebarkan berita yang berisi nasihat apa pun itu, yang tidak didukung oleh referensi yang kuat, artinya menyebarkan mitos dan membuat seseorang mempercayai sesuatu yang salah. Jangan jadikan diri kita menjadi alat penyebar berita kebohongan. Dan jangan pernah mengatakan bahwa itu adalah "berita baik" sebelum Anda mencobanya/membuktikannya dan sebelum Anda lihat referensi yang sahih.

Jadilah orang yang kritis; Mari hentikan hoax!
Load disqus comments

0 comments